Selasa, 17 Juni 2014


RINGKASAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH DASAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling di SD
Dosen Pengampu: Enik Nur Kholidah. S.Pd, M.A.


Disusun Oleh :
Nur Muhar Firmansyah
11144600164
Kelas A4-11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling
Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan, serta perluasan program pendidikan.
B.       Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Menurut Hamalik (1992). Kebutuhan bimbingan bagi peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK dan kebudayaan yang dapat mempengaruhi dunia pendidikan, maka perlunya peninjauan terhadap kurikulum  juga agar output pendidikan sesuai dengan perkembangan IPTEK serta  kebudayaan. Proses pendidikan di sekolah tidak akan berhasil secara baik jika tidak didukung dengan  adanya bimbingan yang baik juga. Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan untuk membantu peserta didik dalam mengatasi berbagai permasalahan yang sedang  dihadapi.
C.       Masalah-masalah peserta didik di sekolah
1.        Masalah perkembangan individu
2.        Perbedaan individu dalam hal kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan dll.
3.        Kebutuhan individu dalam hal memperoleh kasih sayang, harga diri, ingin dikenal, dll.
4.        Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku.
5.        Masalah belajar
BAB 2
SEJARAH PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.       Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di amerika
Layanan bimbingan di Amerika mulai diberikan oleh jesse B. Davis sekitar tahun 1898-1907. Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. ditandai dengan berdirinya APGA (American Personnel Guidance Association) pada tahun 1952.
B.       Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia
Bimbingan dan konseling di Indonesia  di mulai pada  tahun 1960. Kegiatn layanan ini dilakukan dibeberapa pendidikan formal sekolah, tetapai setelah lahir kurikulum baru diseluruh tingkatan diharuskan melaksanakan program bimbingan konseling dan penyuluhahingga tin. Dalam pelaksanaannya program tersebut mengalami kendala karena kurangnya tenaga pendidik sehingga tidak berkembang. Untuk mengatasi masalah tersebut kemudian membuka jurusan bimbingan.
Masyarakat mengenal istilah konseling dan  penyuluhan sebagai bimbingan, tetapi yang digunakan sendiri adalah  konseling. Karena penyuluhan sendiri bisa diartikan dengan pengertian yang lebih luas lagi dari bimbingan. Penyuluhan sendiri dapat berupa penyuluhan keluarga.sedangkan konseling pemberian bantuan terhadap masalah sampai selesai dan yang bermasalah dapat menemukan cara sendiri untuk menyelesaikannya.

BAB 3
PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
A.       Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (klien) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbale balik antara keduanya, agar klien memiliki kemampuan  atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
B.       Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal  sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat), berbagai latar belakakang yang ada (latar belakang keluarga, pendidikan, status social ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum dengan mengaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya.

C.       Asas-asas Bimbingan Dan Konseling
1.      Asas kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain.
2.      Asas kesukarelaan
Berlangsung atas dasar sukarela baik klien maupun konselor.
3.      Asas keterbukaan
Klien terbuka ke konselor semua permasalahannya
4.      Asas kekinian
Masalah sekarang bukanlah masalah yang akan dialami masa datang
5.      Asas kemandirian
Klien dapat berdiri sendiri
6.      Asas kegiatan
Klien dapat bekerja giat dengan diri sendiri
7.      Asas kedinamisan
Ada perubahan dari klien
8.      Asas keterpaduan
Memadukan aspek kepribadian klien
9.      Asas kenormatifan
Tidak bertentangan dengan norma
10.  Asas keahlian
Keteraturan sistematik
11.  Asas alih tangan
Segenap kemampuan untuk individu
12.  Asas tutwuri handayani
Tercipta hubungan keseluruhan






BAB 4
KESALAHPAHAMAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A.       Kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling
1.      Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
Bimbingan konseling dianggap merupakan pelayanan  yang tidak perlu dalam pendidikan tetapi harusnya dilakukan oleh tenaga ahli.
2.      Konselor disekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Yang bertugas menjaga tata tertib dan displin maka apabila ada masalah atau ada yang melanggar konselor yang turun tangan sehinnga di anggap sebagai polisi sekolah
3.      Bimbingan dan konseling semata- mata sebsgai proses pemberian nasehat
BK tidak hanya sebagai pemberian bantuan tetapi menyangkut keseluruhan  kepentingan peserta didik
4.      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya pada menangani masalah yang bersifat insidental
Sebagai konselor tidak hanya menunggu peserta didik datng mengemukakan masalahnya karena menyangkut dimensi waktu yang luas
5.      Bimbingan dan konseling hanya untuk klien/peserta didik tertentu saja
BK tidak hanya untuk peserta didik tetapi juga terbuka untuk individual atau kelompok yang memerlukan
6.      Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan “kurang normal”
BK hanya melayani orang yang normal
7.      Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
BK tiak hanya bekerja sendiri tetapi perlu bekerja sama dengan orang lain.
8.      Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif
Sebagai konselor bertindak sebagai penggerak
9.      Menganggap pekerjaan Bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
BK tidak bisa dilaksanankan oleh siapa saja
10.  Pelayanan Bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja
Konselor melihat dari gejala yang disampaikan oleh klien
11.  Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater
BK terdapat persamaan dengan dokter yaitu menginginkan pasien atau klien dari penderitaan.
12.  Mengapa hasil pekerjaan Bimbingan dan konseling harus segera dilihat
Masalah yang dialami klien segera diatasi
13.  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Cara mengatasi masalah dilihat dari kepribadian klien
14.  Memusatkan usaha Bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi Bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket dan alat pengungkap lainnya).
Perlu adanyasarana dan pengembangan ketrampilan konselor
15.  Bimbingan dan konseling dibatasi hanya menangani masalah yang ringan-ringan saja

BAB 5
FUNGSI, PRINSIP-PRINSIP DAN LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.       Fungsi bimbingan dan konseling
1.      Fungsi pencegahan
Untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa yang dapat menghambat perkembangannya.
Layanan untuk mencegah masalah:
a.       Layanan orientasi
b.      Layanan pengumpulan data
c.       Layanan kegiatan kelompok
d.      Layanan bimbingan karier
2.      Fungsi pemahaman
Pelayanan bimbingan konseling dilaksanakan untuk memberikan pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya, lingkungannya
a.       Pemahaman tentang klien
 (titik tolak upaya pemberian bantuan kepada klien)
b.      Pemahaman tentang masalah klien
(membantu memecahkan masalah klien melalui bimbingan dan konseling)
c.       Pemahaman tentang lingkungan
(pelayanan bimbingan dan konseling diberikan agar siswa memahami lingkungannya secara lebih baik, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, tempat bermain dan masyarakat).
d.      Fungsi pengentasan
(upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah klien/ peserta didik yang mempunyai masalah dan tidak dapat memecahkan sendiri)


e.       Fungsi pememliharaan
 (memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada siswa, baik itu dari pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapainya).
f.       Fungsi penyaluran
 (untuk menggali dan memberikan bantuan kepada peserta didik  dengan menyalurkan/ mengembangkan diri siswa sesuai dengan bakat, minat, kecakapan dan cita-cita siswa secara optimal)
g.      Fungsi penyesuaian
(membantu terciptanya penyesuaian siswa dengan lingkungannya)
h.      Fungsi pegembangan
(membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki secara lebih terarah)
i.        Fungsi perbaikan
 (untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik, bantuan yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
j.        Fungsi advokasi
(membantu peserta didik memperoleh pembelaaan atas hak atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian)
B.     Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
1.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
Bimbingan dan konseling melayani semua individu tentang sikap, keunikan, dan bimbingan
2.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Ø  Bidang bimbingan dibatasi pada hal  yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu  terhadap penyesuaian diri di sekolah, rumah dan masyarakat.
Ø  Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan marupakan salah satu faktor pada diri individu sehingga menuntut perhatian seksama dari konselor.
3.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
Program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh. Fleksibel dan berkesinambungan.
4.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan
BK harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar dapat membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan, saling bekerjasama, dan dilaksanakan oleh tenaga ahli.
5.      Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas, memiliki kesiapan yang tinggi, professional, bertanggungjawab,memahami perkembangan anak didik dan mampu bekerjasama.  

C.    Landasan Bimbingan dan Konseling
1.      Landasan filosofis
Bimbingan dan Konseling didasari oleh hakekat manusia agar upaya-upaya satuan layanan efektif dan tidak menyimpang dari kemanusiaan.

2.      Landasan religious
Peran agama dalam bimbingan dan konseling akan memberika warna, arah dan suasana hubungan konseling yang tercipta antara klien dan konselor.
3.      Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
4.      Landasan social budaya
Lingkungan social budaya sangat besar pengaruhnya terhadap sikap, perilaku maupun cara berpikir seseorang.
5.      Landasan ilmiah dan tekhnologis
Salah satu ilmu dan perangkat teknologi seperti computer dan perangkat teknologi lainnya secara langsung juga dimanfaatkan dalam bimbingan dan konseling.
6.      Landasan pedagogis
Layanan bimbingan dan konseling harus berlandaskan pada kegiatan pendidikan dan merupakan proses pengiring pendidikan.

BAB 6
JENIS LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.       Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang (orang tua) terhadap lingkungan (sekolah) yang baru.
1.        Layanan orientasi di sekolah
Dalam kaitan menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu;
a.    Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi dan juga memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
b.    Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah.
c.    Anak-anak dari kelas sosio ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuikan diri dari pada anak-anak dari kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi.
2.        Metode layanan orientasi sekolah
Masing-masing pokok materi orientasi yang akan disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan anak
3.        Layanan orientasi di luar sekolah
Demikian juga individu yang memasuki lingkungan baru di luar (pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali ke masyarakat dan tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan barunya.
B.       Layanan Informasi
Layanan informasi bermaksud memberikan pemahaman keada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan
Jenis-jenis Informasi
a.    Informasi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak siswa atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan.
b.   Informasi jabatan
Untuk siswa disekolah diklasifikasikan informasi jabatan/pekerjaan ke dalam lima tingkat, yaitu tingkat TK, SD, SLTP dan SLTA dan pasca SLTA.



c.         Informasi Sosial Budaya
  Informasi social budaya meliputi:
1)      Macam-macam suku bangsa
2)      Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan
3)      Agama dan kepercayaan-kepercayaan
4)      Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Potensi-potensi daerah
5)      Khusus masyarakat atau daerah tertentu
6)      Informasi itu perlu diperluas sampai menjangkau informasi bangsa-bangsa lain.
d.      Metode layanan informasi di sekolah
Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat peraga dan alat-alat bantu lainnya.
e.       Layanan informasi di luar sekolah
Layanan informasi di luar sekolah yaitu informasi yang berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu perkehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat dan bernegara, yang merupakan kebutuhan banyak banyak warga masyarakat.
C.       Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Layanan ini bertujuan agar  peserta didik berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan karier, kegiatan ekstra, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi yang sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama bimbingan yang didukung adalah fungsi pencegahan dan pemeliharaan.
D.    Layanan Bimbingan Pembelajaran
Layanan ini dapat memungkinkan peserta didik memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya.
1.      Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
Banyak  siswa yang berhasil dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti rapot rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir.

Tes Hasil Belajar
Untuk menegetahui sejauh mana siswa mencapai tujuan pengajaran.

Kemampuan Dasar
Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes intelligence yang sudah baku.
Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar adalah merupakan salah satu factor yang penting dalam belajar. Sebagian hasil dari belajar ditemukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan siswa dalam belajar.
Tes Diagnotis
Tes diagnotis merupakan instrument untuk mengungkap adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.
Analisis Hasil Belajar atau Karya
Analisis hasil belajar merupakan prosedur yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan,
2.      Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar
a.    Pengajaran Perbaikan
Merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahankesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
b.   Kegiatan Pengayaan
Merupakan suatu bentuk yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.
c.       Peningkatan motivasi belajar
Apabila kepada siswa ditanyakan mengapa mereka belajar, maka akan diperoleh berbagai jawaban.
3.      Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaaan belajar yang efektif. Untuk itu siswa hendaknya didorong untuk meninjau sikap dan kebiasaan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip belajar dibawah ini:
1)        Belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekedar membaca bahan-bahan yang tercetak dalam buku- buku teks.
2)        Efisiensi belajar akan meningkatkan apabila perbuatan belajar itu didasarkan atas rencana atau tujuan yang nyata dan hasil dapat diukur.
3)        Kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan kalimat-kalimat yang ada dalam bahan yang dipelajari baru dibaca dengan penuh pengertian.
4)        Sebagian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan baik kalau menggunakan seluruh metode belajar.
5)        Belajar dengan suasana terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk berhasil dengan baik.
6)        Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil belajar yang baik diperlukan adanya suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur teratur dan rekreasi yang memadai.
E.     Layanan Konseling Perseorangan
Merupakan layanan bimbingan belajar yang memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung melalui tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan masalahnya.
1.    Layanan konseling diselenggarakan secara “resmi”
a.         Layanan itu merupakan usaha yang disengaja.
b.         Tujuan layanan tidak boleh lain dari pada untuk kepentingan dan kebahagianan klien.
c.    Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah ditetapkan.
d.   Metode dan teknologi dalam layanan berdasarkan teori yang telah teruji.
e.    Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.
2.      Pengentasan masalah melalui konseling
Melalui konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritannya dapat dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling :
a.    Pemahaman masalah
b.    Analisis sebab-sebab timbulnya masalah
c.    Aplikasi metode khusus
d.   Evaluasi
e.    Tindak lanjut




3.      Tahap-tahap Keefektifan Pengentasan Masalah melalui Konseling
Ada lima tahap keefektifan konseling dalam pengentasan masalah pada klien:
a.         Kesadaran dan pemahaman masalahnya.
b.         Kesadaran akan perlunya bantuan orang lain.
c.         Usaha mencari bantuan
d.        Partisipasi aktif dalam proses bantuan konseling
e.         Konseling mengubah tingkah laku klien dan masalah klien berangsur-angsur teratasi.
4.     Pendekatan dan teori konseling
a.    Konseling Direktif
Konseling direktif menurut langkah-langkah umum sebagai berikut :
1)      Analisis data tentang klien
2)      Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan klien.
3)      Diagnosis masalah
4)      Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya.
5)      Pemecahan masalah.
b.      Konseling non-direktif
Konseling non direktif merupakan upaya memecahan masalah yang berpusat pada klien. Melalui pendekatan ini klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan Pendektan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri.
c.       Konseling elektrik
Kebanyakan diantara mereka bersikap elektrik yang mengambil berbagai kabaikan dari kedua pendekatan ataupun berbagai teori konseling yang ada itu, mengembangkan dan menerapkannya dalam praktek sesuai dengan permaslahan klien,
d.      Konseling di lingkungan kerja yang berbeda
Disadari lingkungan kerja yang berbeda-beda itu menuntut berbagai pengkhususan  pelaksanaan layanan konseling, namun dengan berbagai pendekatan, teori dan metodologi yang dimiliki.
F.     Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Merupakan layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara berkelompok memperoleh berbagai nara sumber (pembimbing) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari sebagai individu untuk bahan pertimbangan atau pengambilan keputusan tertentu dan untuk membahas permasalahan melalui kegiatan kelompok.
1.      Ciri-ciri kelompok
Suatu kelompok terdiri dari sujumlah orang, tetapi kelompok bukan sekedar kumpulan sekedar orang. Menurut jumlah anggotanya dikenal adanya kelompok dua ( yang terdiri dari dua anggota ) , kelompok tiga dan seterusnya. Kelompok kecil ( beranggota 2-5 orang ), kelompok sedang (6-15 orang), kelompok agak besar (16-25 orang), kelompok besar (26-40 orang)  dan seterusnya sampai
2.      Bimbingan konseling
Gazda (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan dan keputusan yang tepat.
3.        Konseling kelompok
Merupakan layanan perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. Dalam konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan bagi pengembangan diri dan pengentasan masalahnya baik dari bahan konselor maupun dari rekan-rekan anggota kelompok.
3.      Layanan bimbingan waktu luang, yaitu layanan berupa bimbingan luar jam sekolah
a.    Bagi peserta didik yang tinggal di asrama
b.    Bagi peserta didik di lingkungan keluarga
G.        Penguasaan Konten
Penugasan konten yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
H.        Konsultasi
Layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

I.       Mediasi
Yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.



BAB 7
KEGIATAN PENUNJANG BIMBINGAN DAN KONSELING
A.   Instrumentasi bimbingan konseling
Kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang siswa (baik individu maupun kelompok) Pengumpulan data dapat dilakukan dengan instrument tes maupun non tes.
1.      Instrument tes
Tes merupakan prosedur untuk mengungkap tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu.
2.      Instrumen non-tes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur:
a.       Pengamatan (dengan cara mengamati peserta didik)
b.      Wawancara
c.       Catatan anekdot (hasil pengamatan tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri).
d.      Angket (daftar isisan yang digunakan untuk mengungkapkan berbagai hal tentang diri individu)
e.       Sosiometri (instrumen untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial diantara individu-individu dalam kelompok)
f.       Inventori (instrumen untuk mengungkap berbagai hal seperti pengungkapan jenis masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar siswa)
B.     Penyelenggaraan himpunan data
Seluruh data siswa perlu dihimpun dan disusun menurut suatu sistem yang jelas, agar pemasukan dan pengeluarannya dapat dilakukan dengan mudah dan terpelihara.
Data pribadi siswa di sekolah misalnya: identitas pribadi, latar belakang rumah dan keluarga, mental, bakat dan kepribadiannya dll.
C.    Kegiatan khusus
1.           Konferensi kasus
Konferensi kasus di sekolah biasanya diselenggarakan untuk membantu permasalahan yang dialami oleh seorang siswa.
Tujuannya agar:
a.       Siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas secara menyeluruh tentang permasalahannya.
b.      Terkomunikasinya permasalahan terhadap pihak yang bersangkutan sehingga penanganan masalah menjadi lebih mudah.
c.       Terkoodinasi sehingga penanganan masalah lebih efektif dan efisien.
2.           Kunjungan rumah
Kunjungan rumah tidak dilakukan untuk semua siswa, tetapi hanya untuk siswa yang memiliki permasalahan yang menyangkut orang tua atau lingkungan rumah. Tujuannya agar memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, menyampaikan permasalahan anaknya kepada orang tua.
3.           Alih Tangan
Konselor dapat menerima klien dari pihak lain atau konselor dapat mengalih tangankan klien kepada pihak lain apabila permasalahan klien belum dapat diatasi secara tuntas sesuai dengan bidang keahliannya.

BAB 8
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR
Pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di SD agar pribadi dansegenap potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang secara optimal.

A.       Karakteristik siswa SD
Dalam perkembangannya anak sering mengalami hambatan dan permasalahan sehingga mereka banyak bergantung kepada orang lain terutama orang tua dan guru. Adanya latihan, pengajaran dan bimbingan diharapkan dapat menunjang pencapaian tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan tujuan pendidikan.
B.       Bidang Bimbingan dan Konseling di SD
Pelayanan BK di SD mengacu pada perkembangan peserta didik yang sedang beradaptasi dengan lingkungannya yang lebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
C.       Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di SD
1.      Layanan orientasi
2.      Layanan informasi
3.      Penempatan atau penyaluran
4.      Konseling perorangan
5.      Bimbingan kelompok
6.      Konseling kelompok
D.       Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.      Pembimbing melalui karier sejak awal
2.      Konselor selalu mempertahankan  sikap professional
3.      Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesionalnya
4.       Konselor bertanggung jawab terhadap semua siswa
5.      Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa yang mengalami masalah dengan pengajaran disekolah
6.      Konselor harus bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah dalam memberikan perhatian.


BAB 9
STATUS, POLA POKOK KEGIATAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.       Status bimbingan dan konseling di sekolah dasar
1.        Kegiatan BK si sekolah dasar merupakan salah satu komponen dalam standar prestasi kerja guru kelas
2.        Kegiatan BK wajib dilaksanakan oleh guru kelas terhadap semua siswa yang menjadi tanggung jawabnya.
B.       Pola pokok Kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah dasar
Bimbingan dan konseling di SD pada dasarnya penyesuaian terhadap tingkat perkembangan siswa dan kondisi SD.
C.       Bimbingan dan konseling pola 17
1.      Pengertian, tujuan, fungsi dan asas-asasnya
2.      Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial belajar dan karier
3.      Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
D.       Kegiatan layanan bimbingan konseling
Layanan bimbingan disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya, serta karakteristik tujuan dan perkembangan peserta didik dalam aspek pribadi, sosial, pendidikan dan karier serta kebutuhan peserta didik dari masing-masing tingkatan pendidikan.

1.      Bimbingan pribadi sosial
a.       Mengenalkan ciri khusus yang ada pada diri sendiri
b.      Mengenalkan sikap terpuji
c.       Mengenalkan ciri-ciri khusus orang lain
d.      Menjelaskan perlunya kerja sama
2.      Bimbingan belajar
a.       Membimbing siswa tentang cara merencanakan belajar yang baik di rumah dan di sekolah
b.      Memotivasi agar menyenangi nata pelajaran
c.       Mengenalkan manfaat belajar yang benar
d.      Mengenalkan tujuan belajar
3.      Bimbingan karier
a.       Menggambarkan perkembangan diri siswa
b.      Menjelaskan bahwa bekerja itu penting untuk kehidupan
c.       Menjelaskan macam-macam pekerjaan di lingkungan sekolah
d.      Mengenalkan macam pekerjaan yang dilakukan oleh orang dewasa
4.      Bimbingan penggunaan waktu luang
a.          Mengenalkan cara memebagi waktu
b.         Menggunakan ppentingnya keseimbangan dalam penggunaan waktu
c.          Mengenalkan perlunya istirahat
d.         Mengenalkan penggunaan waktu yang baik dan positif
E.       Cara dan teknik pelaksanaan bimbingan konseling
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam beberapa cara tergantung pada sifat permasalahan, jumlah peserta didik, kesiapan tenaga pembimbing, tersedianya waktu dan tempat serta fasilitas yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut cara yang di tembuh adalah:
a)      Klasikal yaitu untuk melayani siswa yang sama kebutuhannya tanpa perlu pemisahan
b)      Kelompok yaitu untuk melayani siswa yang sama kebutuhannya, tapi tidak sesuai untuk sebagian siswa misal perbedaan kelamin, agama usia
c)      Alih tangan yaitu dengan meminta bantuan pihak lain yang dipandang lebih berwenang, misal dokter, psikolog
F.     Waktu dan tempat pelaksanaan bimbingan konseling
a)      Waktu
Pengaturan wakt perlu diatur secara terpadu agartidak saling mengganggu dengan kegiatan pengajaran dan latihan. Pengaturan wakt dilakukan dengan terjadwal seperti jam pelajarn, terjadwal sendiri secara individual, mengambil waktu diluar jam belajar.
b)      Tempat
Kegiatan bimbingan dapat dilakukan di ruangan yang sudah disiapkan secara khusus untuk keperluan bimbingan selain itu dapat dilakukan di kelas, perpustakaan dan tempat lain yang memenuhi syarat dan disepakati bersama dengan siswa.
G.    Penilaian bimbingan konseling
Penilaian diperlukan untuk memperoleh informasi timbal balik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan.

BAB 10
PENYELENGGARAAN DAN PERANAN GURU DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN BK DI SD
A.    Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah
Berdasarkan keputusan menpa nomor 26/menpan/989 dan mendikbud nomor 43/MPK/990 penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah masih bervariasi dengan latar belakang sebagai berikut:
1.      Guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing
2.      Guru mata pelajaran yang merangkap sebagai guru pembimbing
3.      Guru pembimbing merangkap sebagai guru mata pelajaran
4.      Guru pembimbing dengan latar belakang pendidikan non bimbingan dan konseling
5.       Kepala sekolah yang membimbing sekurang-kurangnya 40 siswa
6.      Guru yang memiliki minor bimbingan dan konseling
7.      Guru pembimbing yang memiliki ijazah bimbingan dan konseling
B.     Peran guru dalam menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Peran guru dalam kegiatan BK yaitu:
Ø  Informator: guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
Ø  Organisator: guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran.
Ø  Motivator: guru harus mampu memberikan dorongan dalam mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan swadaya dan kreativitas siswa sehingga terjadi dinamika dalam proses belajar-mengajar.
Ø  Director: guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa.
Ø  Inisiator: guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.
Ø  Transmitter: guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
Ø  Fasilisator: guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses pembelajaran.
Ø  Mediator: guru sebagai penengah dalam kegiatam belajar-mengajar
Ø  Evaluator: guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik.
C.       Peran guru dalam bimbingan dan konseling
1.      Guru sebagai perancang pengajaran
Guru memiliki kemampuan untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien, memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar.
Guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM dengan memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi:
a.       Membuat dan merumuskan TIK
b.      Menyiapkan materi yang relevan
c.       Merancang model yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa
d.      Menyediakan sumber belajar , guru berperan sebagai fasilisator dalam pengajaran
e.       Guru berperan sebagai mediator dengan memperhatikan referensinagar pembelajaran efektif dan efisien.
2.      Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi belajar yang baik dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa melalui berbagai media dan menciptakan kondisi belajar dengan mengaitkan pengalaman sehari-hari.
3.      Guru sebagai pengarah pembelajaran
Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah:
v  Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
v  Menjelaskan secara konkrit apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
v  Memberikan reward terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
v  Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4.      Guru sebagai evaluator
Guru dituntut untuk secara terus menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah dicapai peserta didiknya dari waktu kewaktu.
5.      Guru sebagai pelaksana kurikulum
Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Berhasil atau gagalnya suatu kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.
a.       Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di suatu kelas
b.      Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran
c.       Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas.
6.      Guru sebagai pembimbing
Guru dituntut untuk mengadakan pendekatan dan dapat memahami peserta didiknya secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.
7.      Guru yang berperan sebagai pembimbing efektif
Guru yang berperan sebagai pembimbing yang efektif adalah guru yang unggul dalam hal-hal berikut:
a)      Mengajar bidang studi (menimbulkan minat dan semangat siswa)
b)      Hubungan siswa dengan guru harus baik, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan luar.
c)      Hubungan dengan guru (menunjukan kecakapan kerja sama dengan guru lain)
d)     Pencatatan dan penelitian
Mempunyai sikap yang ilmiah dan objektif, berniat dalam masalah-masalah penelitian efisien dalam pekerjaan tulis menulis.
e)      Sikap professional
Professional seorang guru merupakan keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum dan pengembangan manusia/ peserta didik termasuk gaya belajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi social.

BAB 11
MASALAH SISWA (KESULITAN BELAJAR), FAKTOR-FAKTOR PENYEBB MASALAH DAN USAHA MENGATASI KESULITAN BELAJAR

A.    Pengertian kesulitan belajar
Kesulitan belajar merupakan  suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
4 macam kesulitan belajar yang dirasakan oleh peserta didik:
a.       Dilihat dari segi kesulitan belajarnya
b.      Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajarinya
c.       Dilihat dari sifat kesulitannya
d.      Dilihat dari segi factor penyebabnya
B.     Beberapa penyebab kesulitan belajar
Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yaitu:
Ø  Bersifat kognitif (rendahnya kapasitas intelektual peserta didik)
Ø  Bersifat afektif (labilnya emosi dan sikap)
Ø  Bersifat psikomotor (terganggunya alat-alat indra pendengaran dan penglihatan).
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik antara lain:
1.      Faktor peserta pendidik
2.      Faktor sekolah
3.      Faktor keluarga
4.      Faktor masyarakat sekitar
C.    Cara mengenal peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
Beberapa gejala yang menujukkan kesulitan belajar pada peserta didik yaitu:
1.      Prestasi belajar rendah
2.      Hasil belajar yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3.      Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar
4.      Siswa menunjukkan perilaku yang tidak wajar
5.      Siswa yang IQnya tinggi terkadang prestasinya rendah
6.      Siswa selalu menunjukan prestasi yang tinggi di mata pelajaran tertentu tetapi di mata pelajaran lain remdah
Untuk melihat kemungkinan siswa mengalami kesulitan belajar dapat melakukan penyelidikan dengan cara: observasi, interview, dokumentasi, tes diagnostic.
D.    Usaha bimbingan konseling mengatasi kesulitan belajar
Langkah-langkah dalam mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik dapat dilakukan melalui beberapa tahap:
1.      Pengumpulan data (melalui pengematan langsung, interview, dokumentasi, kunjungan rumah, cash studi, daftar pribada, meneliti pekerjaan siswa)
2.      Pengolaan data
Langkah-langkahnya (identifikasi kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasil tes, menarik kesimpulan)
3.      Diagnosis (keputusan mengenai hasil dari pengolahan data)
4.      Prognosis
Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada peserta didik untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5.      Treatment (perlakuan)
6.      Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang diberikan sudah berhasil dengan baik.


BAB 12
REVIEW KASUS ”AKEELAH AND THE BEE”

Film Akeelah and bee menceritakan tentang kisah seorang gadis kecil bernama Akeelah usianya baru menginjak 11 tahun. Dia tinggal bersama ibu dan kedua saudaranya karena ayahnya sudah meninggal dunia. Salah satu kakak Akeelah sekolah di penerbngan WDC, keadaan tersebut membuat Akeelah sering merasa kesepian sehingga hari-harinya hanya berada di kamar dan belajar. Sehari-hari Akeelah belajar untuk memahami bahasa latin, hal tersebut di mulainya ketika ayahnya meninggal dunia, berawal dari keadaan tersebut Akeelah mulai belajar mengeja kata-kata sulit bahasa latin karna menurutnya dengan begitu dirinya merasa lebih tenang.
Suatu pagi disekolah saat hasil ulangan di bagikan  Akeelah mendapat nilai sempurna dibandingkan teman-temanya yang lain. Akeelah mulai di suruh oleh gurunya untuk belajar dan mengikuti perlombaan mengeja karena potensi yang dimiliki Akeelah. Awalnya Akeelah acuh tak menghiraukan perlombaan tersebut sampai akhirnya sekolah mengadakan pemilihan siapa yang pantas mengikuti perlombaan tersebut. Dan  hasilnya Akeelah lah yang mampu mengalahkan teman lainnya. Tiba Dr. Larabee yang saat itu berada isekolah menyuruh Akeelah untuk mengeja kata-kta yang diucapkannya dan Akeelah mampu menjawab tetapi ada satu kata yang tidak dapat dijawabnya sehingga Akeelah menangis karena diejek oleh teman lainnya.
Kakak Akeelah mendukung Akeelah untuk mengikuti perlombaan tersebut, Akeelah pun akhirnya bersedia menemui Dr. Larabee tetapi dia tidak diterima karena sikapnya yang kurang sopan,, tetapi Akeelah tetap belajar karena ngin membuktikan bahwa dirinya bisa dan mampu walaupun ibu Akeelah tidak menyaksikan.
Awal perlombaan Akeelah merasa gugup dan takut  kalau dia gugur dan mengecewakan kakaknya yang memberi dukungan. Disana Akeelah menemukan teman, hingga sisa penentuan 10 besar. Saat Akeelah mengeja ada yang salah tetapi Karen ayang peserta yang lain curang Akeelah dapat menyusul dan dapat mengikuti lomba ke tingkat selanjutnya. Akeelah diajak temanya untuk belajar mengeja bersama, tetapi dia dimarahi oleh ibunya setelah pulang karena dirinya tidak ijin. Untuk kedua kalinya Akeelah menemui Dr. Larabee agak dia bias maju dan belajar lebih banyak lagi, disana dirinya banyak beljar kosa kata dan berlatih untuk menghargai waktu.
Suatu hari Akeelah diajak ke acara tulang tahun temanya yang bernama Javier, disana dia bertemu dengan Dylan  seorang anak kulit putih yang cukup baik dalam mengeja kata. Dylan mulai bermain  merangkai kata Dylan dan Akeelah yang bertahan, Akelah akhirnya dikalahkan Dylan. Tetapi Dylan kena marah karena hamper kalah dari Akeelah. Teryata Akeelah tak sengaja mendengar percakapan Dylan dan ayahnya hal tersebut membuat Akeelah membuat Akeelah lebih bersemangat untuk belajar mengeja kata.  Dr Larabee banyak memberikan kosa kata baru dari Prancis, Yunani, dan Latin. Dan memberikan motivasi kepada Akeelah,, agar lebih berkonsentrasi Akeelah disuruh sambil lompat tali dan mengeja kata.
Akeelah dimarahi ibunya karena mulai berbohong. Dr. Larabee berbicara pada ibu Akeelah hingga akhirnya ibu Akeelah mau menerima dan mendukung Akeelah. Sampai akhirnya tiba pada perlombaan untuk ke Wangshinton DC. Satu persatu peserta mulai habis hingga hanya tersisa Dylan dan Akeelah. Akeelah sempat mengalah dengan sengaja salah mengeja, tetapi Dylan tahu hal tersebut dan Dylan pun ikut sengaja salah dalam mengeja kata. Dylan bertanya pada Akeelah kenapa dia bersikap seperti itu dan Akeelah menjawab tidak mau melihat aya Dylan kecewa dan memarahinya.  Tetapi Dylan justru memberi nasihat pada Akeelah jika dia  seperti itu  akan membuat kecewa orang-orang yang sudah mempercayainya. Hingga Akeelah mulai bersungguh-sungguh dalam menjawab. Mereka berdua  tanpa ragu menjawab semua kata yang diberikan, Sampai akhirnya Akeelah dan Dylan memenangkan perlombaan tersebut.
Dari cerita diatas kita di ajarkan untuk selalu belajar  dan bersungguh – sungguh dalam mengerjakan sesuatu maka hasilnya pun akan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar